Intisari

Ruang Terbuka Hijau, Adakah Relasi dengan Kesehatan? (Asri et al, 2022)

Beverly Hills Street, California, USA (Gambar: fs.USDA.gov)

Menjadi manusia yang hidup di era ketika pandemi COVID-19 berkunjung dan hampir melewati memiliki kesan tersendiri. Sejumlah kajian-kajian penyebab pada masa awal pandemi bermunculan begitu beragam. Beberapa diantaranya adalah kerusakan lingkungan, zoonosis, hingga gaya hidup. Pandemi bagi sebagian orang menjadi titik balik kesadaran eksistensi relasi alam dan kesehatan. Alam dapat direpresentasikan dalam wujud yang beragam, misalnya ruang terbuka hijau. Bagi masyarakat perkotaan, relasi ruang terbuka hijau dan kesehatan menjadi diskursus menarik pula, mengingat berkaitan dengan kelangsungan hidup.

Diskursus tentang bagaimana keberlangsungan alam membawa dampak bagi kesehatan menjadi topik menarik. Topik yang cenderung bersifat interdisiplin. Sebuah bahasan yang tidak hanya memiliki tinjauan kacamata kuda.

Laporan World Economic Forum tentang resiko global, yang dirilis setiap tahun, dalam 3 tahun terakhir menunjukkan dominansi resiko atau problema yang berkaitan dengan alam. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mampu mencapai 4-6 dari 10 resiko utama.

Sebuah artikel dari Asri et al yang dirilis pada 2022 dalam sebuah jurnal Urban Forest & Urban Greening mengusung judul, “How does the presence of greenspace related to physical health issues
in Indonesia?“, menunjukkan sejumlah keterkaitan antara ruang terbuka hijau dan kesehatan.

Diksi tentang kesehatan diberikan batasan merujuk pada NCD atau penyakit tidak menular, seperti jantung iskemik (IHD), diabetes (DM), peradangan kronis (RA), penyakit ginjal (CKD).

Hasil dari kajian tersebut mengungkapkan bahwa eksistensi ruang terbuka hijau mampu memberikan efek positif dalam mengurangi resiko penyakit tidak menular / NCD.

 

 

What is your reaction?

Excited
0
Happy
1
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0

You may also like

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *